
Ilustrasi: Sampah menumpuk di berbagai sudut tempat.
Surat Dariku Untuk Bumi
Halo!
Gimana situasinya sekarang? Panas ya? Maaf ya kalau makin lama makin parah.
Maaf kalau banyak dari kami masih belum memperhatikan kamu dengan baik. Maaf kalau masih sewenang-wenang terhadap kamu.
Tapi percayalah, masih banyak yang berjuang untuk kamu.
Tapi itu butuh waktu ya, karena perubahan besar tak semudah yang dipikirkan.
Semoga kami yang masih sadar tetap mengemban amanah ini dengan lurus kedepannya ya.
Sehat-Sehat Bumiku
Bumi,
Selamat ya! Kita masih sempat merayakan hari jadimu.
Padahal situasi sekarang, sedang panas-panasnya ya. Apalagi di kutub sana, miris lihatnya.
Gunung-gunung es yang dulunya kokoh kini perlahan-lahan mencair. Gurun yang seharusnya tandus kini ditumbuhi rerumputan.
Iklim kini sedang berbalik ya. Ya, apalagi kalau bukan karena ulah kami. Kami minta maaf atas ulah kami ya.
Pesan Hangat Dari Seluruh Penghunimu
Kami berterima kasih atas bunga cantik yang kau izinkan bermekaran untuk kami, bunga yang kami jadikan sebagai simbol kasih sayang kami kepada arang terkasih.
Bumi, Engkau Sangat Berharga Bagi Kami
Bumiku, alam yang kami cintai. Kami menyesal. Maaf atas masih banyaknya kami yang belum menjaga serta merawatmu dengan baik.
Penulis: Bagus R. Nugroho, Tesalonika Marpaung, Firdaus A. Hakim
Editor: Niswatul Jannah