Foto: Canva
Di balai sepi tikus berlari,
Kitab disahkan lewat pintu sunyi,
Suara rakyat hilang sendiri,
Hukum dibangun tanpa hati nurani.
Burung terbang rendah mencari pagi,
Awan gelap tak kunjung pergi,
Apa arti negara demokrasi,
Jika kritik pun dihitung sebagai ngeri?
Di tepian sungai perahu berlabuh,
Arusnya deras bak tajamnya pisau,
Ia lahir dari ruang yang keruh,
Rakyat bertanya,
“Siapa yang kau jaga, wahai pasal-pasal risau?”
Angin sore bertiup perlahan,
Daun gugur menandai gelisah,
Jika suara engkau dianggap ancaman,
Bagaimana negeri hendak tumbuh dengan gagah?
Di balik bukit api menyala,
Asap naik memenuhi udara,
RKUHAP lahir membawa cela,
Ketika bicara pun bisa jadi perkara.
Hamba berlari membawa bisikan rahasia,
Di balik tirai ada telinga yang tak tampak oleh mata,
Jangan bersenda di laman maya, kata orang tua,
Sebab satu gurauan pun, akan berubah jadi jeruji besi yang tak disangka-sangka.
Penulis: Masayu Mesyah
Editor: Firdaus A. Hakim