Rumah di atas pohon Suku Korowai, Foto: Canva
Di dalam hutan yang penuh akan pepohonan raksasa di pedalaman Papua, terlihat rumah-rumah kecil bertengger di antara cabang-cabang pohon dari kejauhan, seolah susunan bangunan tersebut tampak menggantung di udara. Itulah hunian tradisional Suku Korowai, masyarakat adat Papua yang masih mempertahankan tradisi tinggal di rumah pohon dalam hutan belantara. Rumah-rumah yang dibangun oleh suku tersebut dapat berdiri di ketinggian 15 hingga lebih dari 30 meter di atas permukaan tanah.
Ketinggian rumah-rumah tersebut tak hanya sebagai fungsi estetika belaka. Suku Korowai meyakini bahwa tinggal di atas pohon dapat membantu mereka untuk menghindari serangan binatang buas, nyamuk malaria, serta roh-roh jahat yang mereka sebut Laleo. Material rumah mereka pun berasal dari hutan sekitar. Batang sagu dimanfaatkan sebagai tiang utama, sementara rotan dan kulit kayu digunakan sebagai pengikat dan dinding. Seluruh bahan konstruksi rumah-rumah adat Korowai diambil dari sumber daya lokal, dilakukan tanpa paku, dan dirangkai menggunakan teknik tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.
Proses pembangunannya dilakukan secara gotong-royong. Warga Korowai biasanya membangun rumah pohon dalam beberapa hari hingga satu minggu, tergantung ketinggian dan ukuran bangunan. Warga setempat meyakini bahwa semakin tinggi rumah pada wilayah tersebut, maka semakin tinggi pula status serta perlindungan bagi keluarga yang tinggal di dalamnya.
Di dalam rumah, kehidupan berjalan mengikuti ritme hutan. Suara burung, gesekan dedaunan, dan hembusan angin ketinggian menjadi latar bagi setiap aktivitas sehari-hari. Anak-anak Korowai telah terbiasa menaiki tangga rotan puluhan meter sejak kecil, sebuah kemampuan yang bagi orang luar mungkin tampak ekstrem. Kompas mencatat bahwa rumah pohon tertinggi pada wilayah tersebut dapat mencapai lebih dari 35 meter, bahkan beberapa versi ekstrem mencapai 45 meter.
Namun, tradisi ini kini menghadapi tantangan. Program pemukiman kembali di sejumlah wilayah telah memperkenalkan rumah panggung modern, yang perlahan menggeser praktik pembangunan rumah pohon masyarakat adat. Balai Arkeologi Jayapura, dalam wawancaranya bersama Antara News, menegaskan bahwa rumah pohon perlu dilestarikan karena merupakan bagian esensial dari identitas budaya Korowai
Meskipun sebagian masyarakat setempat mulai mengenal modernisasi, masih banyak keluarga Korowai yang tetap teguh untuk mempertahankan rumah pohon sebagai simbol hubungan mereka dengan alam dan leluhur. Bagi mereka, rumah tinggi bukan sekadar tempat tinggal, melainkan bagian dari budaya dan sejarah.
Penulis: Muhammad Raffi, Ahmad Rafif Zahran
Editor: M. Fajar Meydiansyah
Sumber
Saputra, D. (2023, September 27). Kenapa Suku Korowai di Pedalaman Papua Tinggal di Rumah Pohon? detikProperti. Diakses pada 23 November 2025, dari https://www.detik.com/properti/berita/d-6953511/kenapa-suku-korowai-di-pedalaman-papua-tinggal-di-rumah-pohon
Suroto, Hari. (2021, April 30). Demi Hindari ‘Iblis’, Suku Ini Masih Tinggal di Rumah Pohon. detikTravel. Diakses pada 23 November 2025, dari https://travel.detik.com/domestic-destination/d-5552068/demi-hindari-iblis-suku-ini-masih-tinggal-di-rumah-pohon
Susanto, A. (n. d.). Terbuai dalam Kesyahduan Hutan Korowai. Kompas.id. Diakses pada 23 November 2025, dari https://jelajah.kompas.id/ekspedisi-tanah-papua-2021/baca/terbuai-dalam-kesyahduan-hutan-korowai/
Rumagit, A. (2013, Maret 27). Rumah pohon Suku Korowai perlu dilestarikan. ANTARA. Diakses pada 23 November 2025, dari https://jogja.antaranews.com/berita/310041/rumah-pohon-suku-korowai-perlu-dilestarikan
TN, Budi. (2025, Mei 30). Mengenal Suku Korowai Papua: Penjaga Tradisi yang Tinggal di Rumah Pohon Setinggi 50 Meter. Timenews. Diakses pada 23 November 2025, dari https://www.timenews.co.id/nasional/99515253349/mengenal-suku-korowai-papua-penjaga-tradisi