
Tips Menghindari FOMO yang Buruk. Ilustrasi: Canva.com
lpmlimas.com – Pernahkah kamu merasa cemas karena tidak mengikuti tren tertentu? Atau khawatir akan tertinggal informasi terbaru yang sedang ramai dibicarakan orang lain? Jika iya, kamu mungkin pernah mengalami yang namanya FOMO.
Bagi para mahasiswa, istilah FOMO sudah tak asing lagi. FOMO (fear of missing out) merupakan suatu kondisi atau situasi dimana seseorang merasa takut atau khawatir akan ketinggalan suatu berita, informasi, trend, ataupun kegiatan. Perasaan ini sering muncul karena adanya persepsi bahwa orang lain terpantau“keep on track” dan bersenang-senang dengan hidupnya karena terus mengikuti perkembangan yang ada.
Sebenarnya, apa sih penyebab utama dari FOMO? Jawabannya sederhana, yaitu Sosial Media.
Perkembangan internet yang pesat memungkinkan kita untuk terus menerima jutaan informasi setiap hari. Saat membuka media sosial, ki dapat melihat pencapaian, kegiatan, atau gaya hidup orang lain yang sering secara sadar maupun tidak sadar membuat kita membandingkannya dengan diri sendiri. Perbandingan inilah yang memunculkan perasaan FOMO yang sering kali mengakar kuat.
FOMO tidak hanya berkaitan dengan kondisi kehidupan seseorang, tetapi juga mencakup gaya hidup, kegiatan yang diikuti, organisasi yang dijalani, dan sebagainya. Tentu saja, FOMO yang mengarah pada hal-hal baik tidak perlu dihindari. Namun, bagaimana dengan FOMO yang bersifat buruk? Berikut adalah beberapa tips yang bisa kita terapkan untuk mengelola FOMO dengan bijak dan terhindar dari FOMO yang buruk.
Tips Menghindari FOMO yang Buruk:
- Batasi Penggunaan Media Sosial
Saat ini, media sosial memang merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan mahasiswa. Namun, membatasi penggunaan media sosial adalah langkah penting untuk mengurangi keingintahuan berlebihan tentang kehidupan pribadi orang lain. Semakin sedikit yang kita tahu tentang pencapaian orang lain, semakin kecil kemungkinan kita membandingkan diri secara negatif.
- Fokus Pada Diri Sendiri dan Bangun Koneksi
Dengan lebih banyak fokus pada pengembangan diri, kita akan semakin sadar akan hal-hal yang kurang kita kuasai serta hal yang perlu kita asah untuk menonjolkan potensi kita. Hal ini memungkinkan kita untuk mengalihkan energi dari perbandingan dengan orang lain. Selain itu, membangun koneksi dapat membantu kita fokus pada interaksi yang efektif dengan orang lain, sekaligus mengasah keterampilan komunikasi yang lebih baik, dan sangat berguna dalam membantu kita pada fase life after college.
- Terapkan JOMO (Joy of Missing Out)
Ilustrasi: freepik.com/pikisuperstar
Terapkan JOMO dengan menikmati perasaan tenang dan menerima ketika kita melewatkan sesuatu. Sebagai contoh, saat muncul tren boneka labubu yang harganya ratusan ribu muncul dan viral, daripada mengikuti trend dan membeli objek tersebut untuk memuaskan ego, lebih kita baik menggunakan dana tersebut untuk mengikuti kegiatan volunteer berbayar. Selain mendapat pengalaman, sertifikat, dan memperluas relasi, baik itu relasi dengan orang luar daerah atau wilayah, kita juga berkesempatan menghasilkan uang.
- Terakhir, Prioritas atau Tujuan dan Harapan yang Realistis
Dengan menetapkan prioritas yang ingin dicapai selama di dunia perkuliahan, kita bisa mulai merintis langkah-langkah yang diambil untuk memenuhi prioritas tersebut. Atau dengan kata lain, kita menuangkan seluruh perhatian dan fokus pada tujuan dan prioritas kita, dan tidak akan membiarkan hal-hal lain mengganggu langkah kita. Selanjutnya dengan harapan yang realistis, kita bisa memilah mana hal-hal yang masuk akal dan bisa dicapai saat ini dengan kondisi kita sebagai mahasiswa selama periode waktu tertentu, dan harapan mana yang tidak bisa kita capai untuk saat ini, dan menetapkannya untuk periode waktu di masa depan.
FOMO dan Mahasiswa Baru
Sebagai mahasiswa, wajar kok jika kita mengalami culture shock di dunia perkuliahan. Khususnya bagi mahasiswa baru (Maba), seringkali mereka merasakan FOMO karena keinginan untuk cepat beradaptasi, salah satunya dengan mengikuti organisasi yang banyak diikuti teman-temannya, walaupun mereka sendiri belum tentu menyukainya. Selain itu, perasaan insecure terhadap gaya hidup teman juga dapat mendorong mereka untuk menuntut diri mengikuti gaya hidup yang sama, walaupun belum tentu mampu atau bahkan tidak cocok untuknya.
Lalu, bagaimana jika FOMO juga dapat membawa mereka ke pergaulan buruk seperti merokok, mabuk-mabukan, atau bolos kuliah? Mereka bisa saja menganggap hal tersebut merupakan suatu hal yang keren, padahal ini adalah pandangan yang keliru serta bisa menyesatkan.
Oleh karena itu, para mahasiswa diharapkan memiliki kesadaran diri dalam mengendalikan pikiran, perbuatan dan tindakan mereka terhadap suatu informasi yang dapat memicu FOMO. Pengendalian diri yang baik akan mempermudah hidup mereka sebagai mahasiswa yang menjalani kehidupan kampus dengan bijak.
Penulis: F.R. Putri
Editor: Firdaus A. Hakim