Rumah di Kota Shani Shingnapur, Foto/Swati Jain
Di sebuah desa kecil bernama Shani Shingnapur yang terletak di negara bagian Maharashtra, India, warganya tak pernah mengenal pintu dan kunci sepanjang hidupnya. Pemukiman warga di desa ini dibiarkan terbuka tanpa sekat sepanjang waktu, bukan karena keterbatasan material, melainkan karena kepercayaan masyarakat yang patuh pada Dewa Shani, dewa karma dan keadilan dalam agama Hindu.
Menurut kepercayaan penduduk setempat, Dewa Shani dipercaya melindungi desa tersebut dari marabahaya sebab di sana terdapat sebuah lempeng batu yang menurut legenda sudah ada sejak 300 tahun silam, diyakini sebagai wujud dirinya. Hal ini tidak terbatas pada rumah warga saja, namun juga ke fasilitas umum yang ada di desa tersebut. Kantor polisi, misalnya, dibangun tanpa pintu dan kunci sebagai simbol penghormatan terhadap tradisi. Bahkan, ketika United Commercial (UCO) Bank membuka kantor cabangnya di Shani Shingnapur pada tahun 2011, bangunan itu tetap dibuat tanpa kunci, meski tetap menggunakan pintu sesuai standar operasional perbankan. Keputusan tersebut dilakukan sebagai kompromi antara praktik keamanan modern dan kepercayaan masyarakat setempat, sekaligus mencerminkan prinsip transparansi yang diusung bank tersebut.
Keyakinan masyarakat desa terhadap legenda ini melekat begitu kuat hingga tercatat tidak pernah ada kasus pencurian besar di Shani Shingnapur selama puluhan tahun. Meski demikian, pada tahun 2010 sempat muncul sebuah laporan pencurian yang dialami salah satu pengunjung desa yang bernilai 35.000 rupee, atau sekitar Rp 7 juta dari dalam mobilnya. Akan tetapi, laporan tersebut tak diteruskan warga karena diyakini hanya terjadi di dalam kendaraan pribadi para pengunjung saja, bukan di wilayah rumah atau lingkungan yang menurut kepercayaan warga dijaga oleh Dewa Shani.
Walaupun dunia terus bergerak mengikuti modernisasi, masyarakat desa Shani Shingnapur tetap teguh mempertahankan tradisinya. Sebagian warga memang mulai skeptis terhadap kepercayaan tersebut, tetapi mayoritas tetap meyakini bahwa Dewa Shani akan selalu melindungi mereka. Bagi mereka, adanya sebuah pintu malah membuat mereka makin jauh dari keselamatan. Mereka meyakini bahwa keamanan sejati tidak selalu datang dari perkembangan teknologi, melainkan datang dari budaya dan keyakinan yang dijaga bersama.
Keunikan Shani Shingnapur ini pada akhirnya membuat desa ini dikenal dunia. Tak sedikit wisatawan dan jurnalis dari berbagai negara yang datang untuk menyaksikan langsung kehidupan tanpa pintu ini. Di balik kesederhanaannya, Shani Shingnapur menjadi simbol kepercayaan dan kejujuran yang jarang ditemukan di tempat lain. Para peneliti budaya menyebut desa ini bukan sekadar lokasi wisata spiritual, melainkan contoh bagaimana keyakinan mampu membentuk sistem sosial yang bertahan ratusan tahun tanpa hukum tertulis.
Masyarakat Shani Shingnapur percaya bahwa siapa pun yang berniat jahat di desa mereka tidak akan lolos dari pengawasan Dewa Shani. Ada keyakinan turun-temurun bahwa setiap tindakan buruk akan mendapat balasan langsung, seolah desa ini memiliki “penjaga tak terlihat” yang melindungi ketenangan warganya. Kepercayaan ini membuat penduduk hidup dengan rasa aman yang tinggi, tanpa perlu pintu atau kunci sebagai batas perlindungan.
Kini, Shani Shingnapur telah menjadi destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi oleh peziarah Hindu. Setiap tahun, ribuan orang datang untuk berdoa di kuil Dewa Shani, memohon perlindungan dan keberkahan. Namun, modernisasi perlahan mengetuk pintu desa tanpa pintu ini. Sebagian warga muda mulai mempertanyakan relevansi tradisi yang dijalankan sejak berabad-abad lalu, terutama di tengah meningkatnya arus wisata dan perkembangan teknologi.
Meski begitu, mayoritas warga tetap teguh pada keyakinan mereka. Bagi mereka, rumah tanpa pintu bukanlah simbol keterbukaan terhadap bahaya, melainkan wujud kepercayaan bahwa kebaikan akan selalu menang atas niat buruk. Tradisi ini tidak hanya diwariskan dari generasi ke generasi, tetapi juga menjadi identitas sosial yang mereka banggakan.
Shani Shingnapur mengingatkan dunia bahwa keamanan sejati tidak selalu bergantung pada pagar, gembok, atau kamera pengintai. Terkadang, rasa aman tersebut tumbuh dari kepercayaan pada sesama manusia, pada budaya, serta pada keyakinan spiritual yang dijaga dan dihormati bersama.
Penulis: M. Fajar Meydiansyah, Masayu Mesyah
Editor: M. Rafif Al-Farouq M.
Sumber
Indraswari, S. A. (2024, Mei 12). Rumah di Desa Ini Nggak Pakai Pintu tapi Bebas Maling, Kok Bisa?. detikProperti. https://share.google/t8fq7XcubSVkdkdSg
Jain, S. (2022, Februari 28). The village with no locks or doors. BBC. https://www.bbc.com/travel/article/20160526-the-village-with-no-locks-or-doors
Moodley, K. (2015, Januari 8). No crime here: The Indian village with no front doors or locks. Independent. https://www.independent.co.uk/news/world/asia/no-crime-here-the-indian-village-with-no-front-doors-or-locks-9965272.html